Tampilkan postingan dengan label lagi insaf. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lagi insaf. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Januari 2011

Stay Hungry, Stay Foolish

“You’ve to find what you love..”

Pidato Steve Jobs di Acara Wisuda Stanford University

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera
lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah
selesai kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana
wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman
hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.

Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik

Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun
saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum
betul-betul putus kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum
saya lahir.  Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil
karena;kecelakaan dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.
Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka
saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir
oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir,
tiba-tiba mereka berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka
orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut
berikutnya,mendapatkan telepon larut malam dari seseorang:
'kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut' apakah Anda berminat?
Mereka menjawab: 'Tentu saja'
Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah
lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak
menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan
kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya
sampai perguruan tinggi.
Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah.
Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama
mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya-
yang hanya pegawai rendahan- habis untuk biaya kuliah. Setelah enam
bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang
harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu
saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang
dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka.
Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang
terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya
menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.
Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak
saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai.
Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos
sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya
mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk
membeli makanan. Saya berjalan 7 mil mendapat makanan enak di biara
Hare Krishna.
Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena
mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat
berharga.
Saya beri Anda satu contoh: Reed College mungkin waktu itu adalah yang
terbaik di AS dalam hal kaligrafi.Di seluruh penjuru kampus, setiap
poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya.
Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal.
Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya
belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi
antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu
merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak
dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan. Saat itu sama
sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun
sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang
pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang
bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas
kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang
beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka
tidak ada PC yang seperti itu.
Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas
kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja,
tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah.
Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.
Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke
depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi,
Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai
di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan
hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini
efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.

Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.

Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz
dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur
20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari
hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000
karyawan.
Kami baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu tahun
sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.
Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan?
Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut
orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan
bersama saya. Dalam satu tahun pertama, semua berjalan lancar. Namun,
kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan
dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya.
Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana.
Apa
yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna.
Sungguh menyakitkan.
Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya
lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi
sebelumnya saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David
Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya.
Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari
dari Silicon Valley.
Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali- saya masih
menyukai pekerjaan saya.
Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah
ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi
dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya
sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa
saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan
sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu
mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.
Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT,
lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian
menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang
menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang
merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian
peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya
kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT
menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya
memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak
terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple.
Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya.
Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan
kepercayaan.
Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah
karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa
yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan
hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup
Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan
sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya
bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai.
Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari.
Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah
menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya,
semakin lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari
sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian

Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih
berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari
terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar" Ungkapan itu membekas
dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya
selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri:
"Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan
apa yang akan saya lakukan hari ini?"; Bila jawabannya selalu
"tidak"; dalam beberapa hari berturut- turut,
saya tahu saya harus berubah. Mengingat bahwa saya akan segera mati
adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan
besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal,
kebanggaan, takhut malu atau gagal-tidak lagi bermanfaat saat
menghadapi kematian.
Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara
terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda
akan kehilangan sesuatu.Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak
ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya
menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya
memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas.
Paradokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah
yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6
bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala
sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati.
Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit
segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.
Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga
Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari
itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam
harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan
lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel
tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan
bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis
mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang,
namun bisa diatasi dengan operasi.
Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang.
Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus
begitu hingga beberapa dekade lagi.Setelah melalui pengalaman
tersebut,
sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut
konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna: Tidak
ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun
tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian
pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang
harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan.
Kematian membuat hidup berputar.
Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf
bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang
begitu. Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani
hidup orang lain.
Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil
pemikiran orang lain.
Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar
kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti
kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang
Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.
Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama
"The Whole Earth Catalog" , yang menjadi salah satu buku
pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart
Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park,
dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu
itu akhir 1960-an, sebelum
era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin
tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam
bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google:
isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat.
Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi The Whole
Earth Catalog" , dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka
membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih
seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan
pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka
bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: Stay Hungry. Stay Foolish
(Jangan Pernah Puas. Selalu Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan
yang dibubuhi tanda tangan mereka.
Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu.
Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru,
saya harapkan Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.

Dari OB menjadi Vice President

*Semoga bisa menginspirasi. Bekerja keraslah, dan biarkan orang-orang mukmin itu melihat hasil keras keras kalian. Succes for all of you guys*

Sungguh sebuah karunia yang luar biasa bagi saya bisa bertemu dengan seorang yang memiliki pribadi dan kisah menakjubkan. Dialah Houtman Zainal Arifin, seorang pedagang asongan, anak jalanan, Office Boy yang kemudian menjadi Vice President Citibank di Indonesia. Sebuah jabatan Nomor 1 di Indonesia karena Presiden Direktur Citibank sendiri berada di USA.

Tepatnya 10 Juni 2010, saya berkesempatan bertemu pak Houtman. Kala itu saya sedang mengikuti training leadership yang diadakan oleh kantor saya, Bank Syariah Mandiri di Hotel Treva International, Jakarta. Selama satu minggu saya memperoleh pelatihan yang luar biasa mencerahkan, salah satu nya saya peroleh dari Pak Houtman. Berikut kisah inspirasinya:

Sekitar tahun 60an Houtman memulai karirnya sebagai perantau, berangkat dari desa ke jalanan Ibukota. Merantau dari kampung dengan penuh impian dan harapan, Houtman remaja berangkat ke Jakarta. Di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak ada pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh. Houtman pun memilih bertahan hidup dengan profesi sebagai pedagang asongan, dari jalan raya ke kolong jembatan kemudian ke lampu merah menjajakan dagangannya.

Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya.

Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.

Sampai suatu saat Houtman mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First National City Bank (citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.

Tapi Houtman tetap bangga dengan jabatannya, dia tidak menampik pekerjaan. Diterimanyalah jabatan tersebut dengan sebuah cita-cita yang tinggi. Houtman percaya bahwa nasib akan berubah sehingga tanpa disadarinya Houtman telah membuka pintu masa depan menjadi orang yang berbeda.

Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya. Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll.

Suatu saat Houtman tertegun dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini dikenal dengan mesin photo copy). Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, hanya perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya. Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin foto kopi, dan tanpa di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Foto Kopi.

Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman, tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman tertegun melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener saya mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggungjawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras. Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom. Alhasil Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali. Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada. Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai istilah dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.

Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA.

Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.

Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.

19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First National City Bank, Houtman mencapai jabatan tertingginya yaitu Vice President. Sebuah jabatan puncak citibank di Indonesia. Jabatan tertinggi citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia.

Sampai dengan saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA. Houtman pun kini pensiun dengan berbagai jabatan pernah diembannya, menjadi staf ahli citibank asia pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi banyak orang .

sumber : kaskus, 2010

Rabu, 17 Februari 2010

Percakapan dengan Sang Sesepuh..

Ntah apa lah namanya ini... kejadi ini saya alami sama sesepuh TK ITB. Waktu si bapak dtng ke kontrakkan usaha kita. Niat si bapak mau membenarn mesin yang kita pesan ke dia. Setelah selesai hujan, kebetulan bandung musim hujan. Nah sesepuh ini menunggu hujan di kontrkan.


Sang Sesepuh(SS) : “........ (akhirnya munculah kalimat ini) kamu dari mana?
Saya : “sumatra pak”
SS:” oh sumatra.... dimananya?”
Saya :” orang tua saya asli sumbar pak”
SS: “oo padang yah.. sebelum gempa kemarn saya kepadang”
Saya:” iya pak. oooo gitu ya pak”

Setelah mengobrol panjang lebar antara saya, siti, dan sang sesepuh dia ngomong gini

Ss: “saya heran deh, orang padang tuh kok malas ya? Saya ke beberapa univ disana kelihatan orangnya malas2. Rasa ingin tau mahasiswa nya kurang..”

Saya :“ ooo gitu ya (smbl mikir emangnya iya ya? Perasaan malas orang tergantung pribadi, tapi krn sesepuh diamin aja. Mikir lg, lagi sensi kali ya)”

Ss :”trus masakan padang disana kok gak enaknya? Yang enaknya Cuma di restaurn yang bagus aja... yang restorn biasa gak enak sama sekali...”

Saya: “oo saya jarng makan di restorn yang ada dipadang pa..”

Ss :” terus klo ada direstoran itu banyak keluarga2 gitu... kelihatan keluarga jarang masak. Masak setiap saya temui orang2ny itu2 aja dan berkeluarga... yang ibu keliahatn jarang masak.”

Saya :” ooo mungkin yang punya restaurn kali pak.... ato mereka emang orang sibuk gak punya waktu untuk masak...(dengan pembelaan sedikit)”

Ss :”mungkin saja..”
Ss: “tapi kok masakan padang yang tempt biasa saja disini(bandung) murah dan enak ya? Klo disana yang murahnya gak enak sama sekali pedasny aneh...”

Saya: “ ooo tergantung selerasa sih pa..( dalam hati bilang.... rumah makan padang biasa berbanding lurus dengan jarak. Semangkin jauh dari padang maka kepedasan juga semangkin jauh (meniru novel 5 menara ). Bisa saja kepedasan yang dibandung dah cocok sama lidah ntuh bpk kali ya. Secara udah penyesuai rasa.)

Ss: “ (bla....... dan sebagainya yah intinya pemalas)”

Saya: “(kondisi hati.... siapa yang gang tersinggung coba dibilang pemalas.... untuk nih bapak dah sesepuh jadi gak enak klo ngelawn. Pa lagi saya ortu 22ny sumbar tulen.... perasaan didikan mereka ngajarn saya untuk selalu berjuang dan berjuang... gmn mo malas, malas sedikit aja gak bisa makan.

Dengan sedikt tersinggung aku pikir mang orang padang pemalas ya? )
Setelah saya diamin beberapa saat saya, timbul keinginan saya harus mendapatkan sesuatu dari “pujian “ dan akhirnya menemukan kesimpulan:
  1. Okey mungkin Cuma beberapa orang yang ss temuin dan kebetulan dapat yang seperti dia bilang(positif thinking).
  2. Kata “pemalas” dari dia membuat sadar, udah beberapa pekerjaan yang saya tunda karena kemalasan saya muncul tiba2. Udah berapa banyak waktu yang saya sia2kan karena kata malas....
  3. Kata “tidak ingin tau banyak” membuat saya sadar... begitu banyak kesempatan yang saya lewati dengan hanya diam begitu saja tanpa banyak bertanya(kurang rasa ingin tau).
  4. Sikap malu bertanya yang sering muncul harus dihilangn biar tidak dibilang “tidak ingin tau banyak”. Karena sikap ini saya sering tidak mendapat apa2 dan banyak menyia2kn kesempatan besar.. bahkan terkesan sombong.
  5. Kesempatan untuk bertanya sama sesepuh ini terbuka lebar... toh dia punya link yang banyak. Kesempatan ini harusnya tidak saya sia2kan untuk menambah link krna saya hanya orang awam.
  6. Saya harus bisa menyerap ilmu dari sang sesepuh... toh saya sudah terlanjur basah untuk dihina maka sekalian malu aja....
  7. Saya bisa banyak belajar dari dia karena dia ahli dalam pemasaran dan mencari link di perusahaan besar.

Mmmm begitu percakapan singkat saya dengan sesepuh. Maaf klo ada orang padang(sumbar yang tersinggung) toh saya juga orang padang tulen. Anggap aja nih motivasi biar kita bangkit...

Minggu, 31 Januari 2010

Ingat waktu !!

Akhir-akhir ini banyak waktu yang saya habiskan untuk hal yang tidak jelas, padahal saya sudah tingkat 4. Sudah seharusnya berpikir secara dewasa... Melihat teman yang memiliki semangat, memiliki tujuan yang jelas, yang sudah memiliki langkah untuk mencapai bintangnya saya iri. Saya sendiri masih senang membuang waktu untuk hal yang bermanfat. Hufff padahal saya harusnya sudah berfikir dewasa. Ingat umur, dengan umur segini sudah harus produktif.

Rabu, 14 Oktober 2009

Hambatanku

Belakang ini aku punya banyak masalah. Masalah itu tidak mungkin aku publikasikan disini. Namun ada point penting yang aku dapati. Masalah yang aku kira awalnya gak akan bisa aku hadapi ternyata Alhamdullilah terlewati. Beberapa kejutan yang sungguh tak terduga datang. Mmm sungguh semuanya sangat sempurna. Masalah yang aku hadapi sebenarnya ada jwabannya. Kesempurnaan jawabannya itu tergantung bagaimana kita menjalaninya dan bagaimana kita bersukur. Sungguh Allah Maha Besar... masalah yang ada tersebut yang membuat aku banyak belajar...

Allah Maha Sempurna

Jumat, 16 Januari 2009

7 kunci orang yang paling bahagia di dunia.

1. Hati yang tulus
Hati yang tulus melakukan sesuatu karena Tuhannya, tidak berharap mendapat imbalan dari orang lain melainkan keridhoan Tuhannya. Hati yang tulus akan senantiasa tenang, karena apa yang terjadi pada dirinya diyakini adalah hal yang terbaik yang diberikan oleh Allah SWT. Setiap manusia yang mempunyai hati yang tulus lebih cendrung bersyukur terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Hati yang tulus akan menerima semua takdir yang diberikan Allah kepadanya dengan rasa syukur. Jadi sungguh indah mempunyai hati yang tulus karena dekat dengan Allah SWT.

2. Pasangan yang shaleh....
siapa sih yang gak pengen dapat pasangan yang sholeh/sholeha. Pasangan yang akan membawa kita kepada Sang Pecipta yaitu Allah SWT. Pasangan yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Pasangan yang saling mencintai karena Allah. Sungguh bahagia pasangan yang mendapat ridho dari Allah SWT.

3. Anak-anak yang saleh.
Anak yang sholeh tentunya dambaan dari setiap orang. Karena anak yang sholeh senantiasa mengabdi kepada Tuhannya, keluarganya, menyayangi kedua orang tuanya. Mendoakan kedua orang tuanya.

4. Lingkungan yang kondusif/ Bergaul dengan orang-orang yang sholeh

5. Harta yang halal, ya ini mah menyuruh kita untuk tidak korupsi. Biar hidup pas-pasan asalkan harta yang kita makan halal.


6. Semangat untuk belajar agama


7. Umur yang berkah maksudnya semangkin bertambah umur semangkin bertambah ketakwaan kepada sang Khalik.

Terinspirasi dari siaran MQ rumahku surgaku...

Sabtu, 06 Desember 2008

Sepuluh Hal Penting Untuk Memperbaiki Diri

  1. Memperbaiki Akidah
  2. Memperbaiki Akhlak
  3. Memperbaiki Ibadah
  4. Memperbaiki Kesehatan Fisik
  5. Memperbaiki Intelektual
  6. Kemampuan Penghasilan
  7. Kemampuan Menahan Hawa Nafsu
  8. Penataan Hidup Dalam Segala Urusan
  9. Disiplin Waktu
  10. Manfaat Diri Bagi Semua Orang